Langsung ke konten utama

Postingan

Alienasi Manusia Modern

Alienasi artinya suatu cara pengalaman hidup dimana seorang mengalami dirinya sebagai sosok terasing. Boleh dikata, ia merasa asing dengan dirinya sendiri. Ia tidak mengalami dirinya sendiri sebagai pusat dunianya sebagai pencipta aktivitas-aktivitas sendiri. Manusia yang terasing, keluar dari sentuhan dengan dirinya sendiri dan orang lain sebagai benda, dengan akal sehat dan perasaan, tapi serentak juga mengalami ketiadaan hubungan dengan diri sendiri dan dengan dunia luar secara produktif.             Tema dasar dari semua tulisan Erich Fromm adalah individu yang merasa kesepian dan terisolir karena ia dipisahkan dari alam dan orang-orang lain. Keadaan isolasi ini tidak ditemukan dalam bentuk spesies binatang, itu adalah situasi khas manusia. Dalam konsep relatedness Erich Fromm, manusia mempunyai kebutuhan untuk mengatasi kesendirian dan terisolasi dari alam dan dirinya sendiri. Selain itu, individu mampu menjadi pencipta ( tr...
Postingan terbaru

Psychology...

Malam ini aku membuka kembali kenangan-kenangan masa lalu. Hmmm ‘kangen psikologi’, iya aku sangat rindu dengan sgala hal di prodi psikologi. Entah apa yang membuatku kembali membuka memori psikologi. Aku ingin menceritakan betapa bahagianya kami, kkhususnya aku sendiri di 2 semester psikologi. Tumpukan tugas kami, analisis, jurnal, buku-buku itu, praktikum, laporan, ahh agaknya memang sangat sulit terlupakan. Kami selalu bahagia di sana, apapun yang kami lakukan. Kuliah kami, kuliah-kuliah psikologi, sesekali aku pasti bosan. Tapi entah apa yang dimiliki para dosen psikologi, beliau-beliau selalu mampu membuatku kembali focus. Sering aku tertinggal pemahaman dengan teman-teman yang lain, namun tak pernah aku merasa iri dengan mereka. Aku selalu merasa kagum dengan kehebatan-kehebatan mereka. Bahkan aku tak merasa harus bersaing di kelas, kami bersama-sama berusaha memahami tanpa saling menjatuhkan. Kuliahku di psikologi, mungkin itu kenangan yang akan terus membekas. Bertemu deng...

Berpikir? Thats not a choice

Kali ini aku ingin menuliskan tentang fakta yang aku alami sendiri, *kalimat ini hanya mempertegas bahwa ini tentangku Pengalamanku di dua tempat yang menurutku sangat jauh berbeda. Berawal dari pemikiranku yang dangkal dan penuh kebingungan. Istilah-istilah baru, pembahasan baru, ilmu baru, ah apalah itu bahkan aku selalu kehilangan waktu untuk sedikit saja memahaminya. Dengan membawa pemikiran kanak-kanakku, kupaksa otak ini bekerja lebih keras dari biasanya. Berat, iya itu yang aku rasakan. Beratnya di batok kepalaku ini jelas mengimbas ke bagian-bagian yang diaturnya. Mata jelas setiap malam aku menangis, pundak ini sungguh lelahh, jari jemari ini selalu bekerja, entah apa yang selalu diketiknya. Otak ini yang tanpa hentinya bekerja lebih dari biasanya, sepertinya sudah menjerit kesakitan. Paksaan berpikir ini, menerima semua hal-hal asing ini. Namun sehari, sebulan, setahun ada 1 hal yang aku sadari. Pemikiran di tempat ini sudah menular ke dalam saraf-saraf di otakku. Aku sa...

Emosi dan Istighfar

pernahkah Antum merasakan emosi? Pasti pernah kan? tidak ada satupun manusia yang belum pernah merasakan emosi maupun mengalami peristiwa emosional. Sebenarnya apa sih emosi itu? Emosi merupakan suatu respon dari stimulus yang kita dapatkan, baik dari diri kita sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Emosi ini bentuk pengungkapan apa yang dirasakan oleh seseorang. Contohnya nih HP kita alhamdulillah baru, eh tiba-tiba hilang dicuri nah kita marah. Marah itulah salah satu bentuk emosi. Tapi bukan berarti emosi hanya yang negatif-negatif saja, termasuk perasaan bahagia, sedih, heran, takut, cinta, dll juga termasuk emosi. Begitu pentingnya emosi ini, sampai-sampai banyak ayat Al Qur’an yang membahas berbagai peristiwa emosional. Subhanallah,, Allah SWT benar-benar sangat mendetail dalam setiap hal yang diciptakan Nya. “Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa, dan gembira ria. Banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu, dan ditutup lagi oleh kegelapan. Mereka itulah ...

...to be normal

“apa kau normal? Kenapa sampai sekarang kau tidak merasakannya? Kenapa kau masih saja takut?” Pertanyaan-pertanyaan itu yang sering muncul di pikiranku, pertanyaan untuk diriku sendiri. Sudah tiga tahun sejak kejadian itu, sejak tangisan dan ratapanku, sejak sedihku, sejak marahku hari itu. Mungkin aku mengalami trauma masa lalu, aku sangat menyadari hal tersebut dan aku masih berusaha untuk menghilangkan ketakutan ini. Dan tulisan ini, inilah salah satu upaya mengatasi rasa takutku, berharap dengan mengungkapkan apa yang aku rasakan ketakutan ini akan mulai ku atasi. Mengapa diri ini masih saja tidak merasaka n rasa khawatir dan gundah yang membahagiakan, mengapa hati ini belum lagi dibuat khawatir dan gundah oleh seorang hamba Allah.. sedikit aku mencoba memahami sendiri hati ini, bagaimana bisa aku merasakan seperti mereka jika hanya bertemu dengan hamba Allah saja hati ini sudah mengalami ketakutan yang sangat hebat. Aku bisa menyembunyikan ketakutan ini dan mengcover seca...

Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara

Istilah paradigma dalam dunia ilmu pengetahuan dikembangkan oleh Thomas S. Khun dalam bukunya  The Structure of Scientific Revolution (1970: 49). Secara estimologis paradigma diartikan sebagai asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang umum (merupakan sumber nilai). Dengan demikian maka paradigma merupakan sumber hukum, metoda yang diterapkan dalam ilmu pengetahuan, sehingga sangat menentukan sifat, ciri, dan karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. Paradigma dapat diartikan sebagai keutuhan konseptual yang sarat dengan muatan ajaran, teori, dalil, bahkan juga pandangan hidup untuk dijadikan dasar dan arah pengembangan segala hal. Dalam istilah ilmiah, paradigma kemudian berkembang dalam berbagai bidang kehidupan manusia dan ilmu pengetahuan lain, misalnya politik, hukum, ekonomi, budaya, serta bidang-bidang lainnya. Istilah  paradigma kemudian berkembang menjadi terminologi yang mengandung konotasi pengertian sumber nilai, pola pikir, orientasi dasar, sumber asas se...

???

??? sungguh membuatku cukup gugup, dalam hati bergumam “ada apa?” Mata yang tadinya menatap biasa menjadi tak biasa, “ouh ternyata”. Berusaha hati ini menenangkan diri sendiri. Iya, cukup saya sendiri. Aku turuti sedikit demi sedikit instruksi-instruksi itu, membuatku terus menelusuri setiap liku-liku pertanyaan abstrak. Akhirnya aku temukan sedikit demi sedikit jalan setapak menuju kejelasan. Ok, tak apalah aku ikuti memang toh sudah menjadi kewajibanku. Tuntunan dan tuntutan akhirnya membawaku ke dalam sebuah tempat perkumpulan elit yang entahlah sungguh tanpa ada satu senyum pun yang cukup membuatku tenang. Inikah? Aku baru mengerti. Satu persatu, terombang-ambing dan cukup hati merasa runtuh. Ini juga rasanya ditampar dan dipukul berkali-kali. Duduk dan menunduk sudah aku pilih hingga tiba saat itu aku harus menegakkan daguku. Kudengar, terus kudengar setiap rangkaian kata yang kudengar. Masih saja otak ini mencoba memilah apa yang harus kucerna. Nada tinggi dan penekana...