Kecerdasan dalam
Bahasa Inggris disebut Intelligence dan dalam Bahasa Arab disebut Al
Dzaka, menurut arti bahasa adalah pemahaman, kecepatan, dan kesempurnaan
sesuatu. Dalam arti, kemampuan (Al Qudrah) dalam memahami sesuatu secara
cepat dan sempurna. Menurut Thorndike sebagai seorang tokoh koneksionisme
mengemukakan pendapatnya bahwa, “Intelligence is demonstrable in ability of
the individual to make good responses from the stand point of truth or fact”.
Spritual adalah
dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai moral, dan rasa memiliki. Ia
memberi arti bagi kehidupan tentang
kepercayaan mengenai adanya kemampuan non fisik yang lebih besar daripada
kekuatan diri.
Dari pengertian
kecerdasan dan spiritual yang telah dipaparkan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kecerdasan spiritual yaitu kemampuan seseorang untuk menghadapi dan
memecahkan masalah yang berhubungan dengan nilai, batin, dan kejiwaan.
Kecerdasan ini terutama berkaitan dengan abstraksi pada suatu hal di luar
kekuatan manusia yaitu kekuatan penggerak kehidupan dan semesta. Kecerdasan spiritual bukanlah doktrin agama
yang mengajak manusia untuk “cerdas” dalam memilih atau memeluk salah satu
agama yang dianggap benar. Seperti yang telah disimpulkan mengenai kecerdasan
spiritual, bahwa hal ini lebih pada konsep yang berhubungan bagaimana seseorang
cerdas dalam mengelola dan membudidayakan makna-makna, nilai, dan kualitas
hidup. Kehidupan spiritual di sini meliputi hasrat untuk hidup bermakna (the
will to meaning) yang memotivasi manusia untuk senantiasa mencari makna
hidup (the meaning of life), dan mendambakan hidup bermakna (the
meaningful life).
Kecerdasan
spiritual, sebagian dari psikolog memandang bahwa seseorang yang taat beragama
belum tentu memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi. Acapkali mereka memiliki
sifat fanatisme, eksklusivisme, dan tidak bertoleransi terhadap pemeluk agama
lain, sehingga mengakibatkan permusuhan dan peperangan. Namun sebaliknya, bisa
jadi seseorang yang humanis non agamis memiliki kecerdasan spiritual yang
tinggi. Seperti yang telah disampaikan oleh Thorndike bahwa intelegensi: “...to
make good responses...”, yaitu orang dianggap berintelegensi tinggi apabila
responnya baik atau sesuai terhadap stimulus yang diterimanya, seperti setuju
dalam perbedaan (agree in disagreement), dan penuh toleran. Hal ini
menunjukkan bahwa makna “spirituality” (keruhanian) di sini tidak selalu
berarti agama atau ber-Tuhan.
Referensi:
Malik, Imam. 2011. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta:
TERAS
Walgito, Bimo. 1980. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta:
ANDI
Azwar, Saifuddin, 1996. Pengantar Psikologi Intelegensi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
http://merahitam.com//
Komentar