“apa
kau normal? Kenapa sampai sekarang kau tidak merasakannya? Kenapa kau masih
saja takut?”
Pertanyaan-pertanyaan
itu yang sering muncul di pikiranku, pertanyaan untuk diriku sendiri. Sudah tiga
tahun sejak kejadian itu, sejak tangisan dan ratapanku, sejak sedihku, sejak
marahku hari itu. Mungkin aku mengalami trauma masa lalu, aku sangat menyadari
hal tersebut dan aku masih berusaha untuk menghilangkan ketakutan ini. Dan tulisan
ini, inilah salah satu upaya mengatasi rasa takutku, berharap dengan
mengungkapkan apa yang aku rasakan ketakutan ini akan mulai ku atasi.
Mengapa
diri ini masih saja tidak merasakan rasa khawatir dan gundah yang
membahagiakan, mengapa hati ini belum lagi dibuat khawatir dan gundah oleh
seorang hamba Allah.. sedikit aku mencoba memahami sendiri hati ini, bagaimana
bisa aku merasakan seperti mereka jika hanya bertemu dengan hamba Allah saja
hati ini sudah mengalami ketakutan yang sangat hebat. Aku bisa menyembunyikan ketakutan
ini dan mengcover secara apik tanpa orang lain tahu, tapi memang resiko hati
akan merasakan dampak yang berkali lipat dari yang seharusnya.
Ya
Allah, terkadang hamba Mu ini merasa lelah. Inilah alasan mengapa tiga tahun
ini aku memilih membatasi komunikasiku dengan mereka. aku benar-benar tersiksa
dengan diriku sendiri, sekalipun aku tidak akan pernah menyalahkan mereka.
Aku
takut, benar-benar sungguh takut. Pergi? Aku tau itu bukan solusi. Satu-satunya
hanya harus aku hadapi. Aku hanya cukup mengerti caranya, ini juga yang selama
ini membuatku termotivasi meneruskan studiku di psikologi. Aku tau kondisi
seperti ini tidak seberapa dibandingkan orang lain dengan kondisi berbeda,
namun hanya dengan kondisi ini saja aku sudah merasa berat lalu seperti apa
mereka?
Entah
itu masih 2 tahun, 3 tahun atau bahkan lebih.. Aku harus sembuh!!
Dan
suatu saat nanti aku yang akan mendampingi kesembuhan mereka..
~an~
Komentar