Langsung ke konten utama

Berpikir? Thats not a choice

Kali ini aku ingin menuliskan tentang fakta yang aku alami sendiri, *kalimat ini hanya mempertegas bahwa ini tentangku
Pengalamanku di dua tempat yang menurutku sangat jauh berbeda. Berawal dari pemikiranku yang dangkal dan penuh kebingungan. Istilah-istilah baru, pembahasan baru, ilmu baru, ah apalah itu bahkan aku selalu kehilangan waktu untuk sedikit saja memahaminya. Dengan membawa pemikiran kanak-kanakku, kupaksa otak ini bekerja lebih keras dari biasanya. Berat, iya itu yang aku rasakan. Beratnya di batok kepalaku ini jelas mengimbas ke bagian-bagian yang diaturnya. Mata jelas setiap malam aku menangis, pundak ini sungguh lelahh, jari jemari ini selalu bekerja, entah apa yang selalu diketiknya.
Otak ini yang tanpa hentinya bekerja lebih dari biasanya, sepertinya sudah menjerit kesakitan. Paksaan berpikir ini, menerima semua hal-hal asing ini. Namun sehari, sebulan, setahun ada 1 hal yang aku sadari. Pemikiran di tempat ini sudah menular ke dalam saraf-saraf di otakku. Aku sadar saat aku di zona lain, zona yang aku anggap lebih asing dari sebelumnya, tidak lupa dengan segala keanehan dan keluguan tempat ini. Mungkin karena aku sudah terbawa zona yang di sana. Iya, bukan mungkin! Memang benar, dan aku bangga.
Menjadi berbeda dan terlalu berbeda itu sangat menyenangkan. First impression yang aku bentuk agaknya masih manjur sampai hari ini. Aku masih menjalani ini semua, 1 tempatku menyerap pemikiran kritis mereka dan 1 lagi menjadi tempatku mempraktekkan langsung pemikiran kritisku. Tapi sekeras apapun usahaku untuk masih seperti pemikiran mereka, pada akhirnya luntur juga di tempat ini. Setiap hari, semakin aku merasa ada yang hilang. ‘aku tidak berkembang’. Ya, itu kalimat pertama yang muncul di tengah perenunganku. Mungkin kesalahan ada pada diriku sendiri? Atau mungkin lagi memang tempat ini yang salah? Tentu, sisi dalam diriku memilih kemungkinan kedua. Namun berulang kali aku berusaha tidak memercayai kemungkinan itu.

Sampai saat ini masih seperti kemarin, aku masih mencoba menemukan pemikiran yang telah hilang dari otakku. Mencoba kembali mencerna makna dari semua yang telah aku lakukan dan yang tidak aku lakukan. 1 hal yang pasti, berpikir bukan pilihan bagiku tapi suatu keharusan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUBUNGAN DAN PERBEDAAN TAUHID DENGAN ILMU ‘AQAID, ILMU KALAM, USHULUDDIN, DAN THEOLOGI ISLAM

Tauhid, ilmu ‘aqaid, ilmu Kalam, Ushuluddin, dan Theologi Islam merupakan ilmu yang mempunyai pembahasan yang hamper sama. Ilmu-ilmu tersebut mempunyai hubungan yang sangat erat, sehingga tidak mudah untuk membedakan antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lain. Berikut adalah pengertian dari masing-masing ilmu tersebut, antara lain: 1.      Tauhid Tauhid ialah percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa (mengesakan Tuhan), tidak ada sekutu bagiNya. Mengesakan Allah pada sesuatu yang menjadi kekhususanNya, baik Rububiyah, Uluhiyah, atau Asma serta sifat-sifatNya. 2.     Ilmu ‘Aqaid ‘Aqaid artinya simpulan, yakni kepercayaan yang tersimpul dalam hati, menjadikan rasa yakin pada diri tanpa tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan. Ilmu ‘Aqaid adalah ilmu yang membahas kepercayaan-kepercayaan fundamental (mendasar) dalam Islam. 3.     Ilmu Kalam Ilmu Klam adalah ilmu yang membahas tentang Tuhan dengan mendasarkan pada argument logika a...

PERSPEKTIF BEHAVIORAL

Psikologi merupakan ilmu tentang perilaku atau aktivitas-aktivitas individu (Branca, 1964; Morgan, dkk., 1984; Sartain, dkk., 1967; Woodworth dan Marquis, 1957). Perilaku menurut B. F. Skinner (1904) adalah hasil dari rangsangan antara stimulus dan respon pada diri seseorang. Dalam psikologi terdapat lima perspektif utama tentang perilaku manusia, salah satunya adalah perspektif behavioral, kekuatan lingkungan ( the power of the environmental ). Sebagaimana diketahui perilaku atau aktivitas yang ada pada individu atau organisme itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh organisme yang bersangkutan baik stimulus eksternal maupun stimulus internal. Namun demikian sebagian terbesar dari perilaku organisme itu sebagai respon terhadap stimulus eksternal (Prof. Dr. Bimo Walgito, 1978:13). Dua perspektif dalam memaknai perilaku (behavior) yaitu 1) Perspektif yang pertama, keseluruhan bentuk respon individu terhadap stimulus (lingkungan),...

cerpen "Kebiasaan Pelupa"

Siang hari, Annida mengayuh sepeda sekuat tenaga. Dia ingin ingin sampai rumah. “huft,, panass banget,” keluhnya. Memang hari ini matahari bersinar begitu terik. Namun tiba-tiba srreeettttt… Annida menarik remnya dengan sekuat tenaga. “astaghfirullah, buku catatanku ketinggalan”. Annida teringat bahwa buku catatannya teringgal di tempat fotocopy. Terpaksa dia harus mengayuh sepedanya ke arah sekolah lagi. Setelah mengambil buku catatannya, Annida langsung pulang. Sesampainya di rumah dia langsung menuju kamarnya. Annida langsung menghempaskan tubuhnya di kasur empuknya. Tiba-tiba terdengar suara kakaknya linda. “Annida!! Kebiasaan.. sepatu langsung taruh di rak sepatu, jangan taruh depan pintu.” Annida yang kecapekan hanya menoleh dan melanjutkan tidurnya. Satu jam kemudian Annida baru beranjak dari kamarnya dan keluar untuk cuci tangan. Annida adalah seorang yang sangat pelupa, sehingga dia lupa menutup keran air. Tiba-tiba ibu Annida datang dan mengomel. Annida dinasehati oleh ibunya...